Wa Ode Sahina salah satu warga desa Lohia Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara (Sultra).
RAHA, MUNANEWS.COM – Kulitnya legam. Penampilannya reot, langkahnya tertatih, membungkuk dan tak kuat lagi berjalan. Nasib Wa Ode Sahina salah satu warga desa Lohia Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara (Sultra) sangat memilukan.
Diusianya yang sudah uzur sekitar 85 tahun. Ia harus berjuang menyambung hidup tinggal digubuk reot yang hanya berukuran 4×4 meter.
Nenek Sahina, yang tinggal bersama cucunya Laode Marhudi (32) yang mengalami tunawicara atau bisu telah berjuang selama 35 tahun terakhir melawan getirnya hidup digubuk reot yang kini nyaris rubuh itu.
Mereka hidup ditengah kemiskinan. Tubuhnya yang tak kuat lagi karena sudah lanjut usia, bahkan untuk makan dalam sehari, mereka sangat kesulitan.
Saat ditemui oleh awak Munanews.com Muhamad Rafles, didalam rumahnya hanya beralaskan deretan batang kayu dengan dinding anyaman bambu bahkan sudah digerogoti rayap. Selain itu, ada juga beberapa perabot usang dan tumpukan kain kotor.
Apalagi saat musim hujan, seisi rumah basah karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbiah itu nyaris seluruhnya bocor.
#Bertahan Hidup Andalkan Rp125 Ribu dalam Sebulan#
Ujian hidup nenek Sahina semakin berat setelah tiga dari lima orang anaknya mendahuluinya menghadap sang khalik beberapa tahun silam. Kini anaknya tinggal dua orang saja.
Namun nenek Sahina tak ingin larut dalam kesedihan, hingga kini ia masih terus berjuang hidup dengan mengandalkan uang pensiunan dari almarhum suaminya La Ode Ndoloma yang telah meninggal dunia sejak 17 tahun lalu.
Bahkan ia harus rela berbagi gaji pensiunan dengan madu suaminya, sebesar 350 ribu.
“Sewula maitu 125 riwu kaawu kaghawaku. Tapodawue. Bhe nopake anakku ne dosa we bank. (Bagianku sebulan hanya Rp 125 ribu, karena sudah dibagi. Lalu, dipakai anakku pinjam uang di bank),” cerita Sahina dalam bahasa setempat, Sabtu (21/3/2020).
Untuk berkomunikasi dengan nenek berusia nyaris seabad ini butuh perjuangan. Harus mengeraskan suara, diiringi gerak tangan sebagai isyarat untuk memahaminya. Meski begitu, ucapan nenek Sahina masih jelas meski suara sengalnya sudah mendominasi.
#Pernah Diusul Dapat Bantuan, Namun Terkendala Lahan
Salah satu warga sekitar, Nuzul Mondolalo yang juga merupakan perangkat desa setempat mengaku tahun 2018 lalu nenek Sahina pernah diusulkan mendapatkan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari pusat sebanyak 20 unit.
Namun kata Nuzul, pihak BSPS memiliki kriteria dalam menyalurkan bantuan tersebut, salah satu syaratnya harus mempunyai tanah dengan status kepemilikan sendiri.
“Hambatannya, soal status tanah tempatnya tinggal milik orang lain, sehingga pemerintah setempat ragu memberikan,” jelasnya.
Namun pemerintah desa hanya memberikan bantuan tower untuk penampungan air bersih.
Ia juga menuturkan jika tahun ini, desa Lohia kembali menganggarkan bantuan beda rumah untuk masyarakat kurang mampu, bersumber dari Dana Desa (DD). “Sebenarnya untuk dia (nenek Sahina) kita prioritaskan. Namun lagi-lagi, kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena status kepemilikan lahan yang ditinggalinya,” timpalnya.
Reporter: Rafles
Editor: Fatih